Menghafal dan Berpikir Mana yang Lebih Penting? Ini Jawabannya
Rezaeka615.blogspot.com -Jakarta – Nyaris banyak orang memahami bahwa makna belajar jika seseorang terlihat sibuk membaca dan menghafal. Meskipun mempunyai tujuan yang baik, orangtua sebagai pendidik utama anak pun telah menjadi korban, sehingga tega mengurung buah hati agar dapat belajar dan menghafal untuk mempersiapkan hari esok di sekolah.
Dituliskan oleh Toto Raharjo dalam buku Sekolah Biasa Saja, pada dasarnya menghafal tidak masalah, namun yang wajib dipahami bahwa tidak semua hal harus dihafal.
“Dalam kehidupan sehari-hari, menghafal memang diperlukan untuk beberapa tujuan. Meskipun demikian, menghafal memiliki titik lemah,” tulisnya dalam buku Sekolah Biasa Saja.
Jika dikaitkan dengan proses belajar, Toto katakan metode menghafal bukanlah cara yang bagus untuk perkembangan otak. Menghafal menjadikan otak lebih bekerja keras untuk mengingat.
“Mengingat, mengingat dan terus mengingat. Perlu dipahami direktori otak untuk menyimpan berbagai hal memiliki titik lemah, sehingga memori otak jenuh dan menjadikan otak lebih memfokuskan kepada kekuatan ingatan dibandingkan kekuatan berpikir,” tuturnya.
Menyampaikan bahwa menghafal dalam proses belajar sungguh-sungguh kurang bijak untuk kinerja otak, sambung Toto, kita tahu otak merupakan organ penting dalam tubuh manusia. Di dalam otak terbagi menjadi dua bagian kanan dan kiri, kedua bagian tersebut pun berpengaruh dalam aktivitas mengingat dan berpikir.
“Mengingat dan berpikir adalah sesuatu yang berbeda namun sama-sama diperlukan dalam proses menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jika kita bandingkan mana yang lebih penting antara mengingat dan berpikir? Jelas yang paling tepat ialah berpikir,” jelasnya.
Toto sampaikan jika mengutamakan menghafal, seseorang akan mengadopsi istilah “Proses yang tidak tahu menjadi tahu” sedangkan proses belajar mengutamakan berpikir “Dari yang ada menjadi ada (proses berpikir untuk menemukan gagasan baru yang belum pernah ada sebelumnya).
“Seseorang yang mampu menemukan gagasan dan inovasi baru itu lebih dibutuhkan dibanding seseorang yang hanya menerapkan hafalannya dari sebuah buku, orang-orang yang berpikir besar meyakini bahwa berpikir dan menemukan gagasan baru jauh lebih penting dari pada sekedar menghafal,” ungkapnya.
Menjadi pemikir besar seperti seorang ilmuan memang sulit, namun Toto tegaskan bagaimana bisa kita mengikuti jejaknya jika tidak mau berusaha dan memulai?
“Berawal dari berpikir, muncul ide dan gagasan, setelah itu kita berpikir jauh lebih keras untuk menyempurnakan gagasan tersebut hingga akhirnya menemukan karya baru yang belum pernah ada sebelumnya,” imbuhnya.
Meskipun pendidikan di Indonesia masih menekankan pada aspek teoritis yang bersifat menghafal. Namun yakinlah pada diri sendiri kalau kita mampu untuk membuat suatu perubahan dimulai dari hal yang terkecil dari diri sendiri sehingga kedepannya mampu mengharumkan bangsa Indonesia.
Oleh: Dini Rohmiyati Cantik, imut, Lucu.
Oleh: Dini Rohmiyati Cantik, imut, Lucu.
Sayangnya, untuk bisa menganalisa, tetap harus ada dasar yang sudah dipahami dan diingat. Mungkin masalah utama pendidikan kita adalah, guru belum terlatih untuk menilai hasil analisa. Jadinya dasar penilaian masih hasil hafalan semata.
BalasHapusIni setuju banget, karena dengan metode seperti menghafal sebenernya menyelamatkan guru agar tetap terlihat pintar. Kayanya sih kurang metode study case untuk membentuk logika dalam pendidikan
Hapus