Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia Pembuatan Kosmetik Alam, Ala Wanita Suku Baduy

Suku Baduy adalah kelompok etnis yang hidup di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Suku ini dibagi menjadi dua yaitu Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Dikutip melalui Indonesiakaya.com perbedaan mendasar kedua suku ini terlihat dari cara mereka melaksanakan aturan adat.

Suku Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan dengan baik.

Ditengah kepungan hutan beton yang diisi mal dengan beragam diskon serta apartemen dengan harga selangit, terkadang kita masih melihat warga Suku Baduy (Suku Badui) melintas di pinggir jalan, tak beralas kaki, mengenakan baju kain sederhana, berikut ikat di kepalanya. Kalau ditanya, mereka menjawab hendak menjual madu atau mengunjungi saudara di kota.

Orang Baduy menyebut diri mereka Urang Kanekes atau Orang Kanekes. Kata 'baduy' merupakan sebutan dari peneliti Belanda, mengacu pada kesamaan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang gemar berpindah-pindah.

Suku Baduy bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Pemukiman mereka berjarak sekitar 40 km dari Rangkasbitung, pusat kota di Lebak, Banten.

Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak, suku Baduy terbagi dua, yaitu Baduy luar dan dalam. Lalu apa yang membedakannya?

Secara penampilan, suku Baduy dalam memakai baju dan ikat kepala serba putih. Sedangkan, suku Baduy luar memakai pakaian hitam dan ikat kepala berwarna biru.

"Hingga saat ini masyarakat Baduy dalam masih memegang kuat konsep pikukuh (aturan adat yang isi terpentingnya mengenai keapaadaan) secara mutlak dalam kesehariannya sehingga banyak pantangan yang masih sangat ketat diberlakukan. Hal ini berbeda dengan cara hidup masyarakat Baduy luar yang secara garis besar sudah sedikit terkontaminasi budaya modern," dijelaskan pada laman Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak.

Kepercayaan Suku Baduy


Menurut kepercayaan yang mereka anut, Suku Baduy mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.

Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama.

Adam dan keturunannya, termasuk Suku Baduy, mempunyai tugas bertapa demi menjaga harmoni dunia.

Oleh sebab itu Suku Baduy sangat menjaga kelestarian lingkungannya dalam upaya menjaga keseimbangan alam semesta. Tak ada eksploitasi air dan tanah yang berlebihan bagi mereka. Cukup adalah batasannya.

Suku Baduy sangat bersahabat dengan alam, hal ini terlihat dari lokasi dimana mereka tinggal. Lingkungan tempat tinggal mereka yang terpencil dan berada ditengah-tengah pegunungan, perbukitan rimbun, serta hutan lebat dengan sungai dan anak sungai, juga hamparan kebun dan ladang (huma) sehinga sulit dijangkau oleh transportasi.

Pemanfaatan Tumbuhan

Konservasi dan pelestarian tumbuhan berbasis kearifan lokal masyarakat Baduy sudah tercermin dari cara hidup yang masih tradisional dan sederhana seperti melakukan budidaya, reboisasi dan melakukan tebang pilih supaya hutan tetap terjaga keseimbangannya.

Masyarakat Baduy mengangap bahwa wilayah mereka adalah sebagai inti jagat, dianggap memiliki hak untuk tetap terpeliharan dan tidak tergangu oleh perubahan, karena gangguan itu akan membuat ketidak seimbangan alam semesta termasuk diri mereka sendiri.

Mereka memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan kesehariannya termasuk dalam kebersihan dan kosmetik kecantikan.

Dengan begitu wanita Suku Baduy tetap terawat untuk menjaga kecantikan mereka, meskipun tidak menggunakan kosmetik yang ada di pasaran.

Seperti yang di tulis dalam penelitian Aisyah Silmi Kaffah dalam skripsi yang berjudul, "Etnobotani Tumbuhan Bahan Kosmetik Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar Di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten."(2019).

Dalam penelitiannya Aisyah menyebutkan "masyarakat Baduy Dalam adalah daun dengan persentase sebesar 35%. Tumbuhan yang dimanfaatkan daunya sebagai bahan kosmetik tradisional diantarana sirih , kecombrang, ki-caang, aren, pegagan, padi, pacar kuku, kersen, belimbing wuluh, dan pandaan. Sedangkan masyarakat Baduy Luar menggunakan organ daun dengan persentase sebesar 49%. Tumbuhan yang dimanfaatkan daunya sebagai bahan kosmetik tradisional diantarana sirih, kecombrang, padi, pacar kuku, kersen , dan belimbing wuluh."

Daun adalah organ tumbuhan yang sering dimanfaatkan salah satunya sebagai bahan kosmetik, hal ini karena daun memiliki kandungan yang berkhasiat, "proses fotosintesis dan respirasi menghasilkan senyawa metabolit primer yaitu karbohidrat, (glukosa), protein, lipid dan asam nukleat.
Metabolit primer merupakan substrat dari pembentukan senyawa kompleks yang disebut metabolit sekunder. Selain itu,
metabolit sekunder yang umumnya terdapat pada tumbuhan yaitu : flavonoid, steroid, saponin, tannin, fenolik, alkaloid, dan terpenoid, " tulisnya.

"Hasil dari fotosintesis yang berasal dari metabolit primer yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan metabolit sekunder. Hasil metabolit sekunder tersebut memiliki kandungan yang bermanfaat sebagai bahan kosmetik, " lanjut tulisnya.

Selain daun masyarakat Suku Baduy juga memanfaatkan umbi-umbian untuk dijadikan bahan kosmetik seperti umbi bukung. "Berdasarkan kandungan,  umbi bakung (Crinum asiaticum L) memiliki kandungan yang dibutuhkan untuk menutrisi kulit. Senyawa fenolik yaitu polifenolat dan flavonoid yang merupakan zat antioksidan yang mampu menetralkan radikal bebas yang memiliki efek merusak sel-sel dan jaringan
tubuh," tulisnya.

Cara Pemakaiannya :

1. Perawatan Rongga Mulut

Masyarakat Baduy Dalam masih menggunakan sabut kelapa sebagai pegganti sikat gigi. Cara penggolahanya yaitu dipilih sabut kelapa yang sudah tua, lalu dimemarka dengan cara ditumbuk hingga serat-serat nya terpisah. Kemudian cuci dengan air bersih dan siap diguunakan.Menghilangkan Bau mulut
Diambil daun sirih ± 5 lembar dan ditambahkan air lalu direbus hingga mendidih, setelah
air mendidih dan sedikit berkurang lalu siap digunakan untuk berkumur-kumur. Masyarakat Baduy percaya rebusan air sirih memiliki khasiat dalam membersihkan dan mewangikan rongga mulut.

2. Perawatan Bibir

Masyarakat Baduy Dalam terutama para wanitanya yang hingga saat ini mengunakan
kosmetik alami salah satunya pemanfaatan galuga untuk memberi warna pada bibir sebagai penganti lipstik. Cara penggolahanya dengan menggunakan buah galuga (Bixa Orellana) yang telah matang, kemudian diambil biji buah galulga lalu diremas sampai menggeluarkan cairan berwarna merah. Lalu dioleskan ke bibir hingga rata. Selain berfungsi memerahkan bibir biji
galuga (Bixa Orellana) berfungsi untuk melembabkan dan mengaluskan bibir.
3. Perawatan Wajah

Para wanita Baduy memanfaatkan buah asam jawa (Tamarindus indica) dan beras (Oryza
sativa) sebagai masker untuk menghilangkan bekas jerawat, mencerahkan wajah dan
menghilangkan flek hitam. Cara penggolahanya yaitu dipecahkan asam jawa (Tamarindus indica) lalu diambil isinya lalu ditambahkan sedikit demi sedikit air panas, aduk rata. Jika sudah tercampur dan membentuk pasta, oleskan secara merata ke wajah sebagai masker. Diamkan masker hingga kering kira-kira selama 3-5 menit. Bilas wajah menggunakan air sampai bersih.
Cara penggolahan yaitu beras (Oryza sativa) ditumbuk, setelah hancur ditambah sedikit air
hingga membentuk pasta dan dioleskan ke area wajah. Diamkan selama 10 menit lalu bilas dengan air bersih. Bisa juga di olah lebih lanjut menjadi bedak.

 

4. Perawatan Tubuh

Sebagai pengganti sabun dengan cara diambil
batang honje (Etligera elatior) yang dimemarkan hingga menjadi serabut kemudian gosok ke
bagian tubuh , setelah itu cuci dengan air bersih. Daun ki-caang (Isotoma longiflora Press L) daun diremas-remas kemudian gosok ke bagian tubuh , setelah itu cuci dengan air bersih. Kandungan kimia yang terdapat di batang, daun, bunga dan rimpang kecombrang adalah saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri.

Kosmetik Tradisional Perlahan Mulai Ditinggalkan

Sayangnya pengaruh dari penyebaran pengetahuan lokal di Baduy Luar lebih rendah hal ini yang membuat sebagian masyarakat terutama anak
muda tidak mengerti cara penggolahan dan pemanfaatan tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan kosmetik dan lebih memilih menggunakan kosmetik yang dijual
dipasaran karena lebih praktis.

Dalam tulisannya Aisyah memaparkan, "Masyarakat Baduy Luar hanya para wanita berumur 30-50 yang
mampu menjelaskan dan menyebutkan tumbuhan dari segi manfaat, ciri-ciri, dan ekologi dari masing-masing tumbuhan yang mereka ketahui," tulisnya.

Wilayah Baduy Luar mempunyai aturan adat yang longgar dibandingkan Baduy Dalam sehingga tidak ada aturan atau larangan dalam menggunakan tumbuhan sebagai bahan kosmetik. Sehingga peran orang tua dalam penyampaikan
pengetahuan lokal tentang pemanfaatan tanaman berkurang. Responden yang
berada di Baduy Luar memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai penggunaan
kosmetik tradisional.

Posting Komentar untuk "Rahasia Pembuatan Kosmetik Alam, Ala Wanita Suku Baduy"