Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Candi Plaosan Wujud Toleransi Beragama Hindu dan Buddha

Candi Plaosan merupakan salah satu wujud toleransi agama Hindu dan Buddha dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno (abad 8-10 Masehi), selain Candi Borobudur, Prambanan, dan lainnya. Candi ini terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.


Dari Candi Prambanan yang masih berada di wilayah Yogyakarta, lokasi Candi Plaosan hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer ke arah timur. Candi Plaosan merupakan candi kembar, yakni Candi Plaosan Lor (sebelah utara) dan Candi Plaosan Kidul (sebelah selatan) yang dipisahkan oleh jalan raya serta area persawahan.


Menurut artikel bertajuk "Dokumentasi Candi Plaosan dalam Bentuk 3 Dimensi" dalam situs Kemendikbud, ada dua candi besar yang disebut sebagai candi utama dalam kawasan Candi Plaosan Lor dan Kidul. Keduanya merupakan bangunan kembar yang menakjubkan karena memiliki bentuk yang hampir sama.


Selain itu, kedua bangunan kuno ini juga memiliki kesamaan dalam segi pahatan dengan Candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Sari. Dalam setiap pahatan-pahatan yang terlihat, kerinciannya sangat diperhatikan sehingga jika dipandang ternilai sangat halus.

Sejarah Candi Plaosan

Candi Plaosan dibangun pada masa Raja Rakai Pikatan. Raja dari Mataram Kuno yang berasal dari Wangsa Sanjaya yang bekuasa dari taun 840 -856. Hal ini merupakan bukti bila penelitian yang dilakukan oleh De Casparis itu benar adanya. Dengan sebuah bukti yang cukup kuat yaitu prasasti Cri Kaluhuran yang dibuat pada tahun 842 masehi.


Prasasti ini mengatakan bahwa Candi Plaosan dibangun oleh Ratu Sri Kaluhuran yang didukung penuh oleh sang suami. Sri Kaluhuran sendiri adalah gelar Pramodyawardhani untuk seorang putri dari Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra yang menganut agama Buddha yang bersuami dari Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu yaitu Rakai Pikatan.


Bisa dibilang Candi Plaosan ini adalah sebuah saksi dari ikatan cinta yang suci yang ditunjukan oleh keduanya. Dimana, sejak awal kedua keluarga ini tidak menyetujui hubungan mereka. Hingga, mereka pun mencoba berbagi macam cara, agar keluarga kedua belah pihak merestuinya. Kekuatan cinta yang begitu kuat akhirnya meluluhkan hati kedua keluarga dan merestui hubungan keduanya.


Karena, berasal dari peristiwa yang bersejarah inilah. Masyarakat sekitar pun percaya bila ada kedua pasangan yang datang ke candi Plaosan ini maka, hubungan keduanya akan langgeng. Namanya, juga mitos bisa percaya dan juga bisa tidak.

Perbedaan Dua Candi Kembar Plaosan


Baik Candi Plaosan Lor maupun Kidul, sama-sama bertinggi 21 meter. Tentunya, meskipun terlihat kembar dari kejauhan berkat tingginya yang sama ini, kedua candi tetap memiliki perbedaan.


Candi Plaosan Lor memiliki pintu masuk di sebelah barat dan pada bagian tengah candi ada sebuah halaman yang diisi pendopo dengan tiga altar di setiap sisinya.


Kendati Candi Plaosan Kidul sama-sama punya halaman di bagian tengah, namun candi ini ditambah dengan 8 candi kecil yang mengelilinginya. Candi-candi kecil tersebut dibagi menjadi dua tingkat yang setiap tingkatnya ditaruh 4 candi.


Perbedaan terakhir yang mendeskripsikan Candi Plaosan Kidul adalah hiasan dari ukiran tanaman di pintu masuknya.


Posting Komentar untuk "Candi Plaosan Wujud Toleransi Beragama Hindu dan Buddha"